0

Industrialisasi

Posted by Anita Riani Jarkasih on 07.51
  1. Pendahuluan
  2.  Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.
  3. Pembahasan
  4. Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis
    A. Definisi dan pengertian industri
    Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
    B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
    1. Industri ekstraktif
    Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
    - Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
    2. Industri nonekstaktif
    Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
    3. Industri fasilitatif
    Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
    - Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
    C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
    1. Industri padat modal
    adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
    2. Industri padat karya
    adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
    D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
    = berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
    1. Industri kimia dasar
    contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
    2. Industri mesin dan logam dasar
    misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
    3. Industri kecil
    Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
    4. Aneka industri
    misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
    E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
    1. Industri rumah tangga
    Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
    2. Industri kecil
    Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
    3. Industri sedang atau industri menengah
    Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
    4. Industri besar
    Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
    F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
    1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)
    Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
    2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
    Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
    3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
    Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
    G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
    1. Industri primer
    adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
    Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
    2. Industri sekunder
    industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
    Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
    3. Industri tersier
    Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
    Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
    Sejarah
    Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah matapencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu dan nelayan di zaman purba, manusia tinggal menetap, membangun rumah dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak. Kebutuhan mereka berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga. Para tukang dan juru timbul sebagai sumber alat-alat dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin dan tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu hasil kerajinan dan pertukangan di Eropa dibentuk berbagai gilda (perhimpunan tukang dan juru sebagai cikal bakal berbagai asosiasi sekarang).
    Pertambangan besi dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak bumi dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka jalan pada pembuatan dan perdagangan barang secara besar-besaran dan massal pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik tekstil (Lille dan Manchester) dan kereta api, lalu industri baja (Essen) dan galangan kapal, pabrik mobil (Detroit), pabrik alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang industri kimia dan farmasi. Terjadilah Revolusi Industri.
    Sejak itu gelombang industrialisasi berupa pendirian pabrik-pabrik produksi barang secara massal, pemanfaatan tenaga buruh, dengan cepat melanda seluruh dunia, berbenturan dengan upaya tradisional di bidang pertanian (agrikultur). Sejak itu timbul berbagai penggolongan ragam industri.
     Cabang-cabang industri
    Berikut adalah berbagai industri yang ada di Indonesia:
    • Makanan dan minuman
    • Tembakau
    • Tekstil
    • Pakaian jadi
    • Kulit dan barang dari kulit
    • Kayu, barang dari kayu, dan anyaman
    • Kertas dan barang dari kertas
    • Penerbitan, percetakan, dan reproduksi
    • Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir
    • Kimia dan barang-barang dari bahan kimia
    • Karet dan barang-barang dari plastik
    • Barang galian bukan logam
    • Logam dasar
    • Barang-barang dari logam dan peralatannya
    • Mesin dan perlengkapannya
    • Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data
    • Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya
    • Radio, televisi, dan peralatan komunikasi
    • Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam
    • Kendaraan bermotor
    • Alat angkutan lainnya
    • Furniture dan industri pengolahan lainnya
     Klasifikasi berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
    1. Industri kimia dasar : misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
    2. Industri mesin dan logam dasar : misalnya industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
    3. Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
    4. Aneka industri : industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
     Referensi
    1. Alvin Toffler, 1971, Future Shock. Bantam Books.
    2. Alvin Toffler, 1980, The Third Wave. William Morrow and Companies.
    3. BPS, Nilai Tambah Menurut Sub Sektor 2001-2008 (Statistik Industri)
  5. Kesimpulan
  6.  Pada dasarnya tumbuh dan kembangnya setiap negara sejalan dengan kebutuhan akan pergerakan sektor industri. Maka industrialisasi dianggap sebagai jalan keluar untuk memacu laju pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Namun terkadang kebijaksanaan yang ditempuh seringkali dipaksakan, dalam arti hanya sekadar meniru pola kebijaksanaan pembangunan di negara-negara maju tanpa memperhatikan kondisi sosial, budaya yang ada. Sedikit sekali negara-negara berkembang yang menyadari, bahwa usaha untuk memajukan dan memperluas sektor industri haruslah sejajar dengan pembangunan dan pengembangan sektor-sektor lain seperti perkebunan, sebagai penyedia bahan baku maupun sebagai pasar bagi produk-produk industri. Setiap peningkatan daya beli pada setiap sektor merupakan rangsangan bagi pembangunan sektor industri pula.
    Jadi, kelancaran program idustrialisasi sebetulnya tergantung pula pada perbaikan di sektor-sektor lain, dan seberapa jauh perbaikan-perbaikan yang dilakukan rnampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong bagi kemunculan-kemunculan industri baru. Dengan cara demikian kebijaksanaan yang ditempuh akan menimbulkan mekanisme saling dukung antar sektor, sebagai suatu dialektika-multisektoral.
    Dalam implementasinya ada empat argumentasi atau basis teori yang melandasi suatu kebijaksanaan industrialisasi. Teori-teori dimaksud adalah argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan kesempatan kerja, dan argumentasi loncatan teknologi (technology jump). Pola pengembangan sektor industri di suatu negara sangat dipengaruhi oleh argumentasi yang mendasarinya. Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif (Comparative Advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya. Negara yang bertolak dari argumentasi keterkaitan industrial (Industria Linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang paling luas kaitannya dengan perkembangan kegiatan-kegiatan atau sektor-sektor ekonomi lain.
    Negara yang industrialisasinya dilandasi oleh argumentasi penciptaan kesempatan kerja (Employment creation) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-industri yang lebih banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannya bertumpu pada industri-industri yang relatif padat karya dan industri-industri kecil. Adapun negara yang menganut loncatan teknologi (technology jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) akan memberikan nilai tambah yang sangat besar, diiringi dengan kemajuan teknologi bagi industri-industri dan sektor-sektor lain.
    Jika dalam implementasi kebijaksanaan terdapat empat argumentasi, maka dalam hal strategi industrialisasi dikenal dua macam pola yaitu substitusi impor (Import substitution) dan promosi ekspor (export promotion). Pola substitusi impor, juga dikenal dengan istilah strategi “Orientasi ke dalam” (inward looking strategy), yaitu suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor produk-produk sejenis. Pada tahap-tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri-industri ringan yang menghasilkan barang-barang konsumtif. Untuk memungkinkannya tumbuh besar, industri-industri yang masih bayi (infant industry) ini biasanya sangat dilindungi oleh pemerintah dari persaingan tak setara dari produk-produk impor. Akan tetapi, proteksi itu, walaupun bisa menumbuhkan menjadi besar, seringkali membuat industri membuat tidak kunjung mandiri, melainkan justru ketergantungan.
    Sedangkan strategi promosi ekspor kadang-kadang disebut sebagai strategi “Orientasi Ke luar” (outward looking strategy), ialah strategi industrialisasi yang mengutamakan peagembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk diekspor. Strategi promosi ekspor biasanya ditempuh sebagai kelanjutan dari strategi substitusi impor. Hal ini bergantung antara lain pada potensi relatif pasar dalam negeri di negara yang bersangkutan.
    Di Indonesia, sebagaimana halnya di banyak negara berkembang lain, sektor industri disiapkan untuk mampu menjadi motor yang menggerakan kemajuan sektor lain, dan diharapkan bisa menjadi sektor yang memimpin (leading sector). Itulah sebabnya industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan pembangunan ekonomi. Ditinjau berdasarkan pola pengembangannya, industrialisasi Indonesia bermula dari strategi substitusi impor, kini pola itu beralih ke strategi promosi ekspor.
    Peranan sektor industri terhadap pembangunan telah banyak diteliti oleh para ahli ekonomi diantaranya adalah Kuznet yang meneliti hubungan antara struktur ekonomi daerah terhadap perkembangan ekonomi. Dari penelitiannya menyimpulkan bahwa sektor industri mengalami peningkatan peranan dalam perekonomian, yang berarti tingkat pertumbuhan sektor ini lebih cepat dari pertumbuhan produksi nasional. Perubahan ini juga terlihat dalam struktur tenaga kerja yang semakin besar dan akan semakin besar bila pertumbuhan ekonomi meningkat.
    Penelitian Chenery menekankan pada analisis faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang di antara berbagai jenis di dalam subsektor industri pengolahan dengan pendapatan per kapita. Kenyataan menunjukkan bahwa sub-sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan pendapatan per kapita. Dalam skala regional perkembangan yang terjadi di sektor industri akan berdampak pada perkembangan sektor-sektor lain. Proses interaksi ini dinyatakan dalam saling hubungan (linkages) antara perindustrian, infrastruktur serta aktvitas antar sektor. Peranan sektor industri bagi pertumbuhan wilayah yaitu dari fakta industri tidak homogen dan beberapa industri mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari lainnya. Juga terdapat daerah-daerah yang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari daerah-daerah lainnya. Karena struktur industri yang berbeda dari daerah ke daerah memunculkan kecenderungan bahwa struktur industri dan pertumbuhan wilayah terdapat hubungan kausal.
    Hubungan antara pengembangan industri dengan pertumbuhan wilayah telah diungkapkan juga oleh Francois Perroux dalam Growth Pole Theory. Teori Perroux mengenai Pole De Croisance atau pole of Growth (pusat pertumbuhan) merupakan teori yang menjadi dasar dalam strategi dan kebijaksanaan industri daerah yang dijalankan di berbagai daerah dewasa ini. Perroux berpendapat bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Kemunculannya hanya terjadi di beberapa tempat atau pusat pertumbuhan, dengan intensitas yang berbeda, berkembang melalui saluran yang berbeda, dengan akibat akhir yang ditimbulkannya berbeda pula terhadap keseluruhan perekonomian.
    Hakekat teori Perroux mengenai pembangunan daerah dapatlah disingkatkan dalam beberapa hal berikut: Pertama, dalam proses pembangunan akan muncul L 'Industrie motrice atau industri pemimpin yang merupakan suatu industri yang menjadi penggerak utama dalam pembangunan daerah. Laba dari suatu industri merupakan fungsi dari tingkat produksi dalam industri lainnya. Dengan perkataan lain, efisiensi dan tingkat produksi dalam suatu industri bukan saja tergantung pada industri tersebut juga tergantung pada industri-industri lain yang erat hubungannya dengan industri tersebut. Hubungan yang erat di antara berbagai industri menyebabkan kalau sesuatu industri atau beberapa industri pemimpin berkembang maka pertambahan produksi tidak terbatas pada jumlah kenaikan produksi dalam industri pemimpin tetapi juga pada kenaikan jumlah produksi industri lain yang erat hubungannya dengan industri pemimpin tersebut.
    Kedua, apabila industri terkumpul dalam suatu daerah/kawasan tertentu, keadaan ini akan memperlancar proses pertumbuhan ekonomi, karena pengelompokkan industri tadi akan menciptakan konsumen-konsumen yang mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan penduduk daerah pedesaan; permintaan untuk perumahan, pengangkutan, dan jasa-jasa pemerintah akan muncul; berbagai jenis produsen dan pekerja-pekerja mahir akan berkembang; dan rangka dasar industri akan terbentuk. Proses pertumbuhan industri yang terpusat dalam satu kawasan ini selanjutnya akan menimbulkan ketidakseimbangan di berbagai daerah lain karena perkembangan di pusat-pusat industri akan mempengaruhi perkembangan di daerah lain.
    Ketiga, karena secara geografis pembangunan ekonomi tidak seimbang maka sesuatu perekonomian pada hakekatnya merupakan gabungan dan sistem yang secara relatif aktif keadaannya (terdiri dan industri-industri atau daerah-daerah yang tergantung kepada kegiatan di pusat pertumbuhan) kumpulan industri yang pertama akan mempengaruhi pembangunan industri yang kedua. Jadi, pada hakekatnya Perroux menunjukkan bahwa ditinjau dari sudut lokasi kegiatan ekonomi dan pembangunan ekonomi daerah, pembangunan ekonomi tidak merata terjadinya di berbagai daerah dan mempunyai kecenderungan untuk mengelompok pada pusat-pasat pertumbuhan.
    Keuntungan yang didapat dengan adanya suatu industri di suatu kota atau daerah antara lain adalah besamya sumbangan sektor industri terhadap produk domestik regional bruto daerah yang bersangkutan, sehingga seringkali keberadaan suatu industri diidentikan dengan kemajuan suatu daerah atau kota. Friedman mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan industri yang cepat. Dengan demikian di suatu daerah yang memiliki banyak kegiatan industri akan tumbuh lebih cepat dibandinng dengan daerah yang memiliki sedikit kegiatan industri.
  7. Daftar Pustaka
  8. Arsyad, Lincoln, (1999), Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.
    Dumairy, (1997), Perekonomian Indonesia, Cetakan ketiga, Jakarat: Penerbit Erlangga.
    Mudrajad Kuncoro, (1997). Ekonomi Pembangunan. Teori, masalah, dan kebijakan Yogyakarta: AMP YKPN
    Sadono Sukirno, (1999). Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1

Sektor Pertanian

Posted by Anita Riani Jarkasih on 07.08
I.Pendahuluan

Struktur perekonomian Indonesia merupakan topik strategis yang sampai sekarang masih menjadi topik sentral dalam berbagai diskusi di ruang publik. Kita sudah sering mendiskusikan topik ini jauh sebelum era reformasi tahun 1998. Gagasan mengenai langkah-langkah perekonomian Indonesia menuju era industrialisasi, dengan mempertimbangkan usaha mempersempit jurang ketimpangan sosial dan pemberdayaan daerah, sehingga terjadi pemerataan kesejahteraan kiranya perlu kita evaluasi kembali sesuai dengan konteks kekinian dan tantangan perekonomian Indonesia di era globalisasi.

II. Pembahasan

Tantangan perekonomian di era globalisasi ini masih sama dengan era sebelumnya, yaitu bagaimana subjek dari perekonomian Indonesia, yaitu penduduk Indonesia sejahtera. Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sekarang ada 235 juta penduduk yang tersebar dari Merauke sampai Sabang. Jumlah penduduk yang besar ini menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia masa itu dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Berdasarkan pertimbangan ini, maka sektor pertanian menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita juga semakin kuat.

Seiring dengan transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian beririgasi teknis semakin berkurang.

Selain berkurangya lahan beririgasi teknis, tingkat produktivitas pertanian per hektare juga relatif stagnan. Salah satu penyebab dari produktivitas ini adalah karena pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak waduk dan embung serta saluran irigasi yang ada perlu diperbaiki. Hutan-hutan tropis yang kita miliki juga semakin berkurang, ditambah lagi dengan siklus cuaca El Nino-La Nina karena pengaruh pemanasan global semakin mengurangi pasokan air yang dialirkan dari pegunungan ke lahan pertanian.

Sesuai dengan permasalahan aktual yang kita hadapi masa kini, kita akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri. Di kemudian hari kita mungkin saja akan semakin bergantung dengan impor pangan dari luar negeri. Impor memang dapat menjadi alternatif solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan kita, terutama karena semakin murahnya produk pertanian, seperti beras yang diproduksi oleh Vietnam dan Thailand. Namun, kita juga perlu mencermati bagaimana arah ke depan struktur perekonomian Indonesia, dan bagaimana struktur tenaga kerja yang akan terbentuk berdasarkan arah masa depan struktur perekonomian Indonesia.

Struktur tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar 42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.

Sedangkan pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.

Data ini juga menunjukkan peran penting dari sektor pertanian sebagai sektor tempat mayoritas tenaga kerja Indonesia memperoleh penghasilan untuk hidup. Sesuai dengan permasalahan di sektor pertanian yang sudah disampaikan di atas, maka kita mempunyai dua strategi yang dapat dilaksanakan untuk pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia di masa depan. 

Strategi pertama adalah melakukan revitalisasi berbagai sarana pendukung sektor pertanian, dan pembukaan lahan baru sebagai tempat yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Keberpihakan bagi sektor pertanian, seperti ketersediaan pupuk dan sumber daya yang memberikan konsultasi bagi petani dalam meningkatkan produktivitasnya, perlu dioptimalkan kinerjanya. Keberpihakan ini adalah insentif bagi petani untuk tetap mempertahankan usahanya dalam pertanian. Karena tanpa keberpihakan ini akan semakin banyak tenaga kerja dan lahan yang akan beralih ke sektor-sektor lain yang insentifnya lebih menarik.

Strategi kedua adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi sektor lain yang akan menyerap pertumbuhan tenaga kerja Indonesia. Sektor ini juga merupakan sektor yang jumlah tenaga kerjanya banyak, yaitu sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta industri pengolahan. Sarana pendukung seperti jalan, pelabuhan, listrik adalah sarana utama yang dapat mengakselerasi pertumbuhan di sektor ini.

Struktur perekonomian Indonesia sekarang adalah refleksi dari arah perekonomian yang dilakukan di masa lalu. Era orde baru dan era reformasi juga telah menunjukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor penting yang membuka banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian juga menyediakan pangan bagi masyarakat Indonesia.

Saat ini kita mempunyai kesempatan untuk mempersiapkan kebijakan yang dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia di masa depan. Namun, beberapa permasalahan yang dihadapi sektor pertanian di masa ini perlu segera dibenahi, sehingga kita dapat meneruskan hasil dari kebijakan perekonomian Indonesia yang sudah dibangun puluhan tahun lalu, dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia sampai saat sekarang ini.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor - sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kelompok ilmu-ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu-ilmu pendukungnya. Inti dari ilmu-ilmu pertanian adalah biologi dan ekonomi. Karena pertanian selalu terikat dengan ruang dan waktu, ilmu-ilmu pendukung, seperti ilmu tanah, meteorologi, permesinan pertanian, biokimia, dan statistika, juga dipelajari dalam pertanian. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. Petani adalah sebutan bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh "petani tembakau" atau "petani ikan". Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai peternak.

Ini salah satu artikel (lagi) yang menggambarkan bagaimana situasi sektor pertanian Indonesia. Penulisnya adalah Agus Suman, PhD dari Universitas Brawijaya. Dalam tulisan yang dimuat di Republika (16/1) ini, penulis menunjukkan fakta-fakta bahwa kondisi pertanian di Indonesia belum menggembirakan. Beberapa indikatornya adalah sbb :
  • Sebagian besar penduduk miskin adalah tinggal di wilayah pedesaan dimana umumnya terlibat dalam kegiatan pertanian. Mengutip data BPS tahun 2007, penulis bahkan menyebut sekitar 72% kelompok petani miskin adalah dari subsektor pertanian pangan.
  • Konversi lahan pertanian, pada 2002 mencapai 110 ribu ha, dan empat tahun kemudian meningkat menjadi 145 ribu ha
  • Penulis mengutip data FAO tentang pertumbuhan subsektor pangan tahun 2004 yang mengalami kemunduran dibanding tahun 1978 sampai 1986 (tapi tidak dijelaskan lebih lanjut satuan pertumbuhan subsektor ini maknanya apa. What does the number mean?)
  • Penduduk Indonesia yang terus berkembang dan berkembang, sehingga menurut penulis akan semakin serius tantangannya
  • Kebijakan impor beras premium yang terus dilakukan, padahal kita punya beras berkualita sama seperti beras cianjur dan IR-64
  • Produktivitas pekerja pertanian lebih rendah daripada pekerja sektor industri, baik di tahun 1997 maupun 2005. Pada tahun 1997, seorang pekerja sektor pertanian menghasilkan output senilai Rp 1,7 juta per tahun, sementara pekerja industri Rp 9,5 juta; tahun 2005 pekerja sektor pertanian dan industri nilai outputnya berturut-turut RP 6,1 juta dan Rp 41,1 juta.
Mundurnya Sektor Pertanian Indonesia
Kondisi prihatin tidak saja terjadi pada tatanan ekonomi Makro yang ada,ternyata untuk Sektor Pertanian di Indonesia juga mengalami penurunan,hal ini disebabkan oleh banyak faktor,harusnya hal ini segera ditanggapi secara serius oleh pemerintah,bayangkan saja jika Pertanian yang merupakan faktor utama penggerak Ekonomi mengalami penurunan.

Seperti yang diberitakan pada media cetak kompas bahwa Sektor Pertanian Mengalami Penurunan yang mengkuatirkan,simaklah bagaimana perkembangan terakhir sektor Pertanian Indonesia yang nota bene adalah penggerak Hasil Bumi di bumi Indonesia:

Pembangunan pertanian dalam lima tahun terakhir berjalan mundur. Departemen Pertanian kehilangan visi jangka panjang dalam membangun sektor pertanian dan terjebak pada penanganan masalah yang serba mendesak.

”Sudah lama kita mengembangkan pemikiran membangun sistem dan usaha agrobisnis dengan membangun sektor hulu-hilir dan jasa penunjang secara bersama-sama, tetapi tidak berlanjut. Konsentrasi pembangunan pertanian lima tahun terakhir hanya pada tingkat on farm,” kata mantan Mentan Bungaran Saragih pada workshop bertema ”Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian”, Kamis (16/4).

Menurut Bungaran, karena kehilangan visi jangka panjang, pembangunan pertanian akhirnya terjebak dan bersifat musiman. ”Ketika ada banjir dan kekeringan terkejut, ada impor atau ekspor ramai. Masalah pertanian jangka panjang tidak menjadi prioritas,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Anggaran Departemen Keuangan Anny Ratnawati mengungkapkan, anggaran untuk sektor pertanian ada dan alokasinya juga besar. Hanya pemanfaatan anggaran itu yang masih belum optimal.

Data Ditjen Anggaran menunjukkan, alokasi anggaran untuk belanja pupuk tahun 2009 sebesar Rp 17,5 triliun atau naik sekitar Rp 15,5 triliun dibandingkan tahun 2005. Anggaran subsidi benih tahun ini naik menjadi Rp 1,3 triliun dari tahun 2005 yang hanya Rp 120 miliar.

Pengeluaran anggaran

Alokasi anggaran untuk kegiatan bantuan sosial Deptan naik dari Rp 217 miliar tahun 2005 menjadi Rp 3,2 triliun tahun 2009. Subsidi kredit ketahanan pangan dan energi juga naik dari Rp 167 miliar menjadi Rp 843 miliar. Total anggaran untuk pertanian bahkan mencapai Rp 40 triliun tahun ini.

”Pertanyaannya, pengeluaran anggaran berlipat-lipat itu komparabel atau tidak dengan produktivitas dan produksi pertanian. Karena ini akan ditanya masyarakat,” katanya.

Deptan pernah meminta anggaran untuk subsidi kredit pembibitan sapi Rp 1 triliun. ”Ketika disediakan dananya, mereka menawar agar Rp 1 triliun untuk lima tahun saja. Lalu menawar turun menjadi Rp 250 miliar, tetap tidak bisa, akhirnya minta Rp 145 miliar saja. Bayangkan coba!” ujar Anny.

Definisi/Pengertian Pertanian, Bentuk & Hasil Pertanian Petani - Ilmu Geografi
Thu, 02/04/2009 - 12:28am — godam64
Secara umum pengertian dari pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Negeri Indonesia adalah sebagai petani, sehingga sektor pertanian sangat penting untuk dikembangkan di negara kita.
Bentuk-Bentuk Pertanian Di Indonesia :
1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah tadah hujan maupun sawah pasang surut.
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Perkarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang dimanfaatkan / digunakan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak digarap.
.
Beberapa Hasil-Hasil Pertanian Di Indonesia :
1. Pertanian Tanaman Pangan
- Padi
- Jagung
- Kedelai
- Kacang Tanah
- Ubi Jalar
- Ketela Pohon
2. Pertanian Tanaman Perdagangan
- Kopi
- Teh
- Kelapa
- Karet
- Kina
- Cengkeh
- Kapas
- Tembakau
- Kelapa Sawit
- Tebu


       III.Kesimpulan

Kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) memang sangat melimpah, Maka tak heran jika pada tahun 2008 APBD-nya mencapai Rp 5,5 triliun yang belum tentu dimiliki oleh daerah lain di Indonesia. 
Namun, perlu disadari bahwa kekayaan SDA tersebut tidak dapat diperbarui. Bahkan diperkirakan 10 tahun ke depan kekayaan alam yang ada di bumi Kukar akan menipis dan habis. Oleh karena itu, Pemkab Kukar terus berupaya melakukan langkah-langkah, yang nantinya mampu menggantikan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian yang menjadi andalan untuk pembangunan di Kukar.
Terobosan itu adalah dengan peningkatan sektor pertanian dalam arti luas sebagai sektor unggulan dalam program Gerbang Dayaku. Pemkab Kukar melalui jajarannya terus melakukan sosialisasi dan memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin berkebun. Salah satu contohnya adalah Kelompok Tani Wonomulyo Muara Badak Ulu.
Melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Kukar yang telah memberikan bantuan modal sebesar Rp 800 juta melalui APBD 2003. Kebun karet seluas 309 hektare itupun sudah mendatangkan hasil dan keuntungan bagi pemiliknya. Budidaya karet sebenarnya sudah dilakukan masyarakat di hulu Sungai Mahakam secara tradisional. Misalnya warga Desa Baru, Kecamatan Tabang, yang tiga tahun terakhir ini mengalakkan budidaya karet.
Langkah tersebut dilakukan sebagai upaya menambah peningkatan penghasilan masyarakat.“Kami memilih budidaya karet karena relatif mudah perawatannya dan mudah menjualnya,” kata Kepala Desa Baru, Tabang, Ajang Li, di Tenggarong. Ajang mengatakan bahwa lebih dari 100 kepala keluarga di desanya sudah memiliki kebun karet. (hmp15/Gusdut)

IV.Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian


0

Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan

Posted by Anita Riani Jarkasih on 03.05

Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapatan
I.Pendahuluan
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relative, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolute. Kemiskian relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Di Negara-negara maju, kemiskinan relative diukur sebagai suatu proporsi dari tingakt pendapatan rata-rata per kapita. Sebagi suatu ukuran relative, kemiskinan relative dapat berbeda menurut Negara atau periode di suatu Negara. Kemiskinan absolute adalah derajat dari kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak terpenuhi.
II.Pembahasan
Masalah kemiskinan yang dihadapi di setiap negara akan selaludi barengi dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang kemudian menghasilkan pengangguran, ketimpangan dalam distribusi pendapatan nasional maupun pembangunan, dan pendidikan yang menjadi modal utama untuk dapat bersaing di dunia kerja dewasa ini
Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negra berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini pemerintah [tampak limbo] belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan ekonomi [makro] semata. Semua dihitung berdasarkan angka-angka atau statistik. Padahal kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus dilihat dari segi non-ekonomis atau non-statistik. Misalnya, pemberdayaan masyarakat miskin yang sifatnya “buttom-up intervention” dengan padat karya atau dengan memberikan pelatihan kewirauasahaan untuk menumbuhkan sikap dan mental wirausaha [enterpreneur].

Karena itu situasi di Indonesia sekarang jelas menunjukkan ada banyak orang terpuruk dalam kemiskinan bukan karena malas bekerja. Namun, karena struktur lingkungan [tidak memiliki kesempatan yang sama] dan kebijakan pemerintah tidak memungkinkan mereka bisa naik kelas atau melakukan mobilitas sosial secara vertikal.
Kondisi Umum Masyarakat
Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Hingga 2006 saja jumlah penderita buta aksara di Jawa Barat misalnya mencapai jumlah 1.512.899. Dari jumlah itu 23 persen di antaranya berada dalam usia produktif antara 15-44 tahun. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat “signifikan.” Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan “Nasi Aking.”
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) 2000 kasus balita kekurangan gizi dan 206 anak di bawah lima tahun gizi buruk. Sedangkan di Bogor selama 2005 tercatat sebanyak 240 balita menderita lapar. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 10.987 balita menderita kekurangan gizi. Dan, di Jakarta Utara menurut data Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat [PPSM Kesmas] Jakut pada Desember 2005 kasus gizi buruk pada bayi sebanyak gizi buruk dan 35 balita yang statusnya marasmus dan satu di antaranya positif busung 1.079 kasus.

BEBERAPA INDIKATOR KESENJANGAN DAN KEMISKINAN
  • INDIKATOR KESENJANGAN
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni axiomatic dan stochastic dominance. Yang sering digunakan dalam literatur adalah dari kelompok pendekatan pertama dengan tiga alat ukur, yaitu the generalized entropy (GE), ukuran atkinson, dan koefisien gini.
Yang paling sering dipakai adalah koefisien gini. Nilai koefisien gini berada pada selang 0 sampai dengan 1. Bila 0 : kemerataan sempurna (setiap orang mendapat porsi yang sama dari pendapatan) dan bila 1 : ketidakmerataan yang sempurna dalam pembagian pendapatan.
Ide dasar dari perhitungan koefisien gini berasal dari kurva lorenz. Semakin tinggi nilai rasio gini, yakni mendekati 1 atau semakin jauh kurva lorenz dari garis 45 derajat tersebut, semakin besar tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan.
  • INDIKATOR KEMISKINAN
Batas garis kemiskinan yang digunakan setiap negara ternyata berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup. Badan Pusat 
Statistik (BPS) menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan per kapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan (BPS, 1994). Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari. Sedangkan pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, sandang, serta aneka barang dan jasa.
Dengan kata lain, BPS menggunakan 2 macam pendekatan, yaitu pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dan pendekatan Head Count Index. Pendekatan yang pertama merupakan pendekatan yang sering digunakan. Dalam metode BPS, kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Sedangkan Head Count Index merupakan ukuran yang menggunakan kemiskinan absolut. Jumlah penduduk miskin adalah jumlah penduduk yang berada di bawah batas yang disebut garis kemiskinan, yang merupakan nilai rupiah dari kebutuhan minimum makanan dan non makanan. Dengan demikian, garis kemiskinan terdiri dari 2 komponen, yaitu garis kemiskinan makanan (food line) dan garis kemiskinan non makanan (non food line).
Untuk mengukur kemiskinan terdapat 3 indikator yang diperkenalkan oleh Foster dkk (1984) yang sering digunakan dalam banyak studi empiris. Pertama, the incidence of proverty : presentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi perkapita dibawah garis kemiskinan, indeksnya sering disebut rasio H. Kedua, the dept of proverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan disuatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan proverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut
PENEMUAN EMPIRIS KASUS INDONESIA  
1. Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan. Badan Pusat Statistik menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS): data pengeluaran konsumsi sebagai proxy distribusi pendapatan.
  • Pertengahan 1997 pendapatan per kapita lebih dari 1000 dollar AS.
  • Tahun 1965-1970: pertumbuhan ekonomi di Indonesia rata-rata 2,7% dan koefisien Gini sebesar 0,35.
  • Tahun 1971-1980: pertumbuhan ekonomi di Indonesia rata-rata 5,4% dan koefisien Gini sebesar 0,3 ketidak merataan menurun.
  • Tahun 1998 koefisien Gini sebesar 0,32.
  • Tahun 1999: koefisien Gini sebesar0,3
Bedasarkan kondisi geografis, terdapat perbaikan distribusi pendapatan pedesaan (0,26-0,31) dibandingkan di perkotaan (0,33). Perubahan pola distribusi pendapatan di pedesaan Indonesia disebabkan oleh:
  • Arus tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan
  • Struktur pasar di pedesaan lebih sederhana dibandingkan di perkotaan, distorsii pasar di pedesaan lebih kecil dibanding di perkotaan.
Dampak positif proses pembangunan nasional
  • Semakin banyak kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian di pedesaan
  • Prokdutivitas dan pendapatan riil tenaga kerja di sektor pertanian meningkat
  • Potensi sumber daya alam di pedesaan semakin baik di manfaatkan penduduk desa
Data pengeluarankonsumsi dipakai sebagaipendekatan (proksi) untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakat, walau diakui cara demikian memiliki kelemahan serius.  Penggunaan data pengeluaran konsumsi bisa memberi informasi mengenai pendapatan yang under estimate.  Alasannya sederhana, jumlah pengeluaran konsumsi seseorang tidak harus selalu sama dengan jumlah pendapatan yang diterimanya, bias lebih besar atau lebih kecil.  Misalnya, pendapatannya lebih besar tidak selalu berarti pengeluaran konsumsinya juga besar.  Dalam hal ini berarti ada tabungan.  Sedangkan bila jumlah pendapatannya rendah, tidak selalu berarti jumlah konsumsinya juga rendah.  Banyak rumah tangga memakai kredit bank untuk membiayai pengeluaran konsumsi tertentu, misalnya membeli rumah, mobil dan untuk membiayai sekolah anak atau bahkan untuk liburan.
Pengertian pendapatan (income) yang artinya pembayaran yang didapat karena bekerja atau menjual jasa, tidak sama dengan pengertian kekayaan (wealth).  Kekayaan seseorang bias jauh lebih besar daripada pendapatannya.  Seseorang bias saja tidak punya pendapatan/pekerjaan (penghasilan), tetapi ia sangat kaya karena ada warisan keluarga.  Banyak pengusaha muda di Indonesia kalau diukur dari tingkat pendapatan mereka tidak terlalu berlebihan, tetapi mereka sangat kayak arena perusahaan dimana mereka bekerja adalah milik mereka (atau milik orangtua mereka).
Menjelang pertengahan 1997, beberapa saat sebelum krisis ekonomi, tingkat pendapatan per kepala di Indonesia sudah melebihi 1000 dolar AS, jauh lebih tinggi dibanding  30 tahun lalu.  Namun, apa artinya jika hanya 10% saja dari seluruh jumlah penduduk tanah air yang menikmati 90% dari jumlah pendapatan nasional atau PDB.  Sedangkan sisanya (90%) hanya menikmati 10% dari pendapatan nasional.
Jika kondisi di atas dibandingkan dengan Negara-negara maju yang distribusi pendapatannya lebih baik, misalnya Swiss, dengan menggunakan kurva Lorenz, maka kurva tersebut untuk Indonesia bentuknya lebih melebar sedangkan kurva Lorenz untuk Swiss lebih mendekati garis equality. Dengan kata lain, daerah konsentrasi pendapatan di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan Swiss.
2. Kemiskinan
Di Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah besar. Terutama meliahat kenyataan bahwa laju pengurangan jumlah orang miskin di tanah air berdasarkan garis kemiskinan yang berlaku jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu sejak Pelita I hingga 1997 (sebelum krisis eknomi). Berdasarkan fakta ini selalu muncul pertanyaan, apakah memang laju pertymbuhan yang tingii dapat mengurangi tingkat kemiskinan atau apakahmemang terdapat suatu korelasi negatif yang signifikan antara tingkat pertumbuhan dan presentase jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan?.
Kalau dilihat data dari Asia dalam sstudinya Dealolikar dkk. (2002), kelihatannya memang ada perbedaan dalam presentase perubahan kemiskinan antara kelompok negara dengan leju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kelompoknegara dengan pertumbuhan yang rendah. Seperti China selama tahun 1994-1996 pertumbuhan PDB riil rata-rata per tahun 10,5%, tingkat penurunan kemiskinan per kapita selama periode tersebut sekitar 15,5%, yakni dari 8,4% ke 6,0% dari jumlah populasinya. Sedangkan, misalnya Bangladesh dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun hanya 3,1% selama 1992-1996, tingkat penurunan kemiskinannya per kapita hanya 2,5%. Ada sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan bertambah walaupun ekonominya tumbuh positif.
Seperti telah dibahas sebelumnya, banyak studi empiris yang memang membuktikan adanya suatu relasi trade off yang kuat antara laju pertumbuhan pendapatan dan  tingkat kemiskinan, namun hubungan negatif tersebut tidak sistematis. Namun, dari beberapa studi empiris yang pernah dilakukan, pendekatan yang digunakan berbeda-beda dan batas kemiskinan yang dipakai beragam pula, sehingga hasil atau gambaran mengenai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan juga berbeda.
Dampak Kemiskinan
Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umumnya begitu banyak dan kompleks.
pengangguran. Sebagaimana kita ketahui jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 saja sebanyak 12,7 juta orang. Jumlah yang cukup “fantastis” mengingat krisis multidimensional yang sedang dihadapi bangsa saat ini. Dengan banyaknya pengangguran berarti banyak masyarakat tidak memiliki penghasilan karena tidak bekerja. Karena tidak bekerja dan tidak memiliki penghasilan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan pangannya. Secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat. Sehingga, akan memberikan dampak secara langsung terhadap tingkat pendapatan, nutrisi, dan tingkat pengeluaran rata-rata.
kekerasan. Sesungguhnya kekerasan yang marak terjadi akhir-akhir ini merupakan efek dari pengangguran. Karena seseorang tidak mampu lagi mencari nafkah melalui jalan yang benar dan halal. Ketika tak ada lagi jaminan bagi seseorang dapat bertahan dan menjaga keberlangsungan hidupnya maka jalan pintas pun dilakukan. Misalnya, merampok, menodong, mencuri, atau menipu [dengan cara mengintimidasi orang lain] di atas kendaraan umum dengan berpura-pura kalau sanak keluarganya ada yang sakit dan butuh biaya besar untuk operasi. Sehingga dengan mudah ia mendapatkan uang dari memalak.
pendidikan. Tingkat putus sekolah yang tinggi merupakan fenomena yang terjadi dewasa ini. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak dapat lagi menjangkau dunia sekolah atau pendidikan. Jelas mereka tak dapat menjangkau dunia pendidikan yang sangat mahal itu. Sebab, mereka begitu miskin. Untuk makan satu kali sehari saja mereka sudah kesulitan.
Akhirnya kondisi masyarakat miskin semakin terpuruk lebih dalam. Tingginya tingkat putus sekolah berdampak pada rendahya tingkat pendidikan seseorang. Dengan begitu akan mengurangi kesempatan seseorang mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Ini akan menyebabkan bertambahnya pengangguran akibat tidak mampu bersaing di era globalisasi yang menuntut keterampilan di segala bidang.
kesehatan. Seperti kita ketahui, biaya pengobatan sekarang sangat mahal. Hampir setiap klinik pengobatan apalagi rumah sakit swasta besar menerapkan tarif atau ongkos pengobatan yang biayanya melangit. Sehingga, biayanya tak terjangkau oleh kalangan miskin.
konflik sosial bernuansa SARA. Tanpa bersikap munafik konflik SARA muncul akibat ketidakpuasan dan kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Hal ini menjadi bukti lain dari kemiskinan yang kita alami. M Yudhi Haryono menyebut akibat ketiadaan jaminan keadilan “keamanan” dan perlindungan hukum dari negara, persoalan ekonomi-politik yang obyektif disublimasikan ke dalam bentrokan identitas yang subjektif.
Terlebih lagi fenomena bencana alam yang kerap melanda negeri ini yang berdampak langsung terhadap meningkatnya jumlah orang miskin. Kesemuanya menambah deret panjang daftar kemiskinan. Dan, semuanya terjadi hampir merata di setiap daerah di Indonesia. Baik di perdesaan maupun perkotaan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara.
Pemahaman utamanya mencakup:
• Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang- barang dan pelayanan dasar.
• Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
• Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan relatif, kemiskinan kultural dan kemiskinan absolut. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari factor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari factor-faktor tersebut sangat sulit memastikan mana penyebab sebenarnya (utama) serta mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan.
Kalau diuraikan satu persatu, jumlah factor-faktor yang dapat mempengaruhi, langsung maupun tidak langsung, tingkat kemiskinan cukup banyak, mulai dari tingkat dan laju pertumbuhan output (atau produktifitas tenaga kerja), tingkat upah neto, distribusi pendapatan, kesempatan kerja (termasuk jenis pekerjaan yang tersedia), tingkat inflasi, pajak dan subsidi, investasi, alokasi serta kualitas SDA, ketersediaan fasilitas umum (seperti pendidikan dasar, kesehatan, informasi, transportasi, listrik, air dan lokasi pemukiman), penggunaan teknologi, tingkat dan jenis pendidikan, kondisi fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja, kultur/budaya atau tradisi, hingga politik, bencana alam dan peperangan.  Kalau diamati, sebagian besar dari factor-faktor tersebut juga mempengaruhi satu sama lain.  Misalnya, tingkat pajak yang tinggi membuat tingkat upah neto rendah dan ini bisa mengurangi motivasi kerjsa seseorang sehingga produktivitasnya menurun selanjutnya mengakibatkan tingkat upah netinya berkurang lagi, dan seterusnya.  Jadi tidak mudah memastikan apakah karena pajak naik atau produktivitasnya yang turun membuat pekerja jadi miskin karena upah netonya rendah.
Pada umumnya di negara Indonesia penyebab-penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
• Laju Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat di setiap 10 tahun menurut hasil sensus penduduk. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 1990 Indonesia memiliki 179 juta lebih penduduk. Kemudian di sensus
penduduk tahun 2000 penduduk meningkat sebesar 27 juta penduduk atau menjadi 206 juta jiwa. dapat diringkaskan pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu adalah sebesar setiap tahun bertambah 2,04 juta orang pertahun atau, 170 ribu orang perbulan atau 5.577 orang perhari atau 232 orang perjam atau 4 orang permenit. Banyaknya jumlah penduduk ini membawa Indonesia menjadi negara ke-4 terbanyak penduduknya setelah China, India dan Amerika. Meningkatnya jumlah penduduk membuat Indonesiasemakin terpuruk dengan keadaan ekonomi yang belum mapan. Jumlah penduduk yang bekerja tidak sebanding dengan jumlah beban ketergantungan. Penghasilan yang minim ditambah dengan banyaknya beban ketergantungan yang harus ditanggung membuat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.
• Angkatan Kerja. Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran. Secara garis besar penduduk suatu negara dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong sebagi tenaga kerja ialah penduduk yang berumur didalam batas usia kerja. Batasan usia kerja berbeda-beda disetiap negara yang satu dengan yang lain. Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia ialah minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Jadi setiap orang atausemua penduduk berumur 10 tahun tergolong sebagai tenaga kerja. Sisanya merupakan bukan tenaga
kerja yang selanjutnya dapat dimasukan dalam katergori bebabn ketergantungan.
• Distribusi Pendapatan dan Pemerataan Pembangunan.Distribusi pendapatan nasional mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan suatu negara di kalangan penduduknya. Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (penduduk miskin); 40% penduduk berpendapatan menengah; serta 20% penduduk berpemdapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan dan ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12 persen pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap sedang atau moderat bila 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati 12 hingga 17 persen pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk miskin menikmati lebih dari 17 persen pendapatan nasional makan ketimpangan atau
kesenjangan dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dikatakan cukup
merata.
KEBIJAKAN ANTI-KEMISKINAN: STRATI DAN INTERVENSI
Ada 3 (tiga) pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni:
1.      Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pro kemiskinan
2.      Pemerintahan yang baik (good governance)
3.      Pembangunan social
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi pemerintah sesuai sasaran atau tujuannya.  Sasaran atau tujuan tersebut dibagi menurut waktu, yakni jangka pendek, menengah dan panjang.
Intervensi lainnya adalah manajemen lingkungan dan SDA.  Hancurnya lingkungan dan “habisnya” SDA dengan sendirinya menjadi factor pengerem proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, yang berarti juga sumber peningkatan kemiskinan.
Intervensi jangka pendek terutama pembangunan sector pertanian dan ekonomi pedesaan, pembangunan transportasi, komunikasi, energy dan keuangan, peningkatan peran serta masyarakat sepenuhnya (stakeholder participation) dalam proses pembangunan dan proteksi social (termasuk pembangunan system jaminan social).
Untuk mendukung strategi yang tepat dalam memerangi kemiskinan diperlukan intervensi-intervensi pemerintah yang sesuai dengan sasaran atau tujuan perantaranya dapat dibagi menurut waktu, yaitu :
  1. Intervensi jangka pendek, berupa :
  • Pembangunan sektor pertanian, usaha kecil, dan ekonomi pedesaan
  • Manajemen lingkungan dan SDA
  • Pembangunan transportasi, komunikasi, energi dan keuangan
  • Peningkatan keikutsertaan masyarakat sepenuhnya dalam pembangunan
  • Peningkatan proteksi sosial (termasuk pembangunan sistem jaminan sosial)
  1. Intervensi jangka menengah dan panjang, berupa :
  • Pembangunan/penguatan sektor usaha
  • Kerjsama regional
  • Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
  • Desentralisasi
  • Pendidikan dan kesehatan
  • Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
  • Pembagian tanah pertanian yang merata
III.Kesimpulan
      Kemiskinan bukan hanya masalah indonesia , tetapi merupakan masalah dunia. Laporan dari Bank Dunia menunjukan bahwa tahun 1998 terdapat 1,2 miliar orang miskin dari sekitar 5 miliar lebih jumlah penduduk di dunia. Sebagian besar dari jumlah tersebut terdapat di Asia Selatan (43,5%) yang terkonsentrasi di India , Bangladesh , Nepal , Sri Langka , dan Pakistan. Afrika Sub-Sahara merupakan wilayah kedua di dunia yang padat orang miskin (24,3%). Kemiskinan di wilayah ini terutama di sebabkan oleh iklim dan kondisi tanah yang tidak mendukung kegiatan pertanian (kekeringan dan gersang ), pertikaian yang tidak henti-hentinya antarsuku, manajemen ekonomi makro yang buruk dan pemerintah yang bobrok. Wilayah ketiga yang terdapat banyak orang misin adalah Asia Tenggara dan Pasifik (23,2%). Kemiskinan di Asia Tenggara terutama di China , Laos , Indonesia , Vietnam , Thailand , dan Kamboja.

IV.Daftar Pustaka
Buku Perekonomian Indonesia Dr. Tulus T.H. Tambunan

Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive | Free Blogger Templates created by The Blog Templates