0
Industrialisasi
Posted by Anita Riani Jarkasih
on
07.51
- Pendahuluan
- Pembahasan
- Makanan dan minuman
- Tembakau
- Tekstil
- Pakaian jadi
- Kulit dan barang dari kulit
- Kayu, barang dari kayu, dan anyaman
- Kertas dan barang dari kertas
- Penerbitan, percetakan, dan reproduksi
- Batu bara, minyak dan gas bumi, dan bahan bakar dari nuklir
- Kimia dan barang-barang dari bahan kimia
- Karet dan barang-barang dari plastik
- Barang galian bukan logam
- Logam dasar
- Barang-barang dari logam dan peralatannya
- Mesin dan perlengkapannya
- Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data
- Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya
- Radio, televisi, dan peralatan komunikasi
- Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam
- Kendaraan bermotor
- Alat angkutan lainnya
- Furniture dan industri pengolahan lainnya
- Industri kimia dasar : misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
- Industri mesin dan logam dasar : misalnya industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
- Industri kecil : industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
- Aneka industri : industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
- Alvin Toffler, 1971, Future Shock. Bantam Books.
- Alvin Toffler, 1980, The Third Wave. William Morrow and Companies.
- BPS, Nilai Tambah Menurut Sub Sektor 2001-2008 (Statistik Industri)
- Kesimpulan
- Daftar Pustaka
Industri adalah bidang matapencaharian yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya dan politik.
Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis
A. Definisi dan pengertian industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sejarah
Industri berawal dari pekerjaan tukang atau juru. Sesudah matapencaharian hidup berpindah-pindah sebagai pemetik hasil bumi, pemburu dan nelayan di zaman purba, manusia tinggal menetap, membangun rumah dan mengolah tanah dengan bertani dan berkebun serta beternak. Kebutuhan mereka berkembang misalnya untuk mendapatkan alat pemetik hasil bumi, alat berburu, alat menangkap ikan, alat bertani, berkebun, alat untuk menambang sesuatu, bahkan alat untuk berperang serta alat-alat rumah tangga. Para tukang dan juru timbul sebagai sumber alat-alat dan barang-barang yang diperlukan itu. Dari situ mulailah berkembang kerajinan dan pertukangan yang menghasilkan barang-barang kebutuhan. Untuk menjadi pengrajin dan tukang yang baik diadakan pola pendidikan magang, dan untuk menjaga mutu hasil kerajinan dan pertukangan di Eropa dibentuk berbagai gilda (perhimpunan tukang dan juru sebagai cikal bakal berbagai asosiasi sekarang).
Pertambangan besi dan baja mengalami kemajuan pesat pada abad pertengahan. Selanjutnya pertambangan bahan bakar seperti batubara, minyak bumi dan gas maju pesat pula. Kedua hal itu memacu kemajuan teknologi permesinan, dimulai dengan penemuan mesin uap yang selanjutnya membuka jalan pada pembuatan dan perdagangan barang secara besar-besaran dan massal pada akhir abad 18 dan awal abad 19. Mulanya timbul pabrik-pabrik tekstil (Lille dan Manchester) dan kereta api, lalu industri baja (Essen) dan galangan kapal, pabrik mobil (Detroit), pabrik alumunium. Dari kebutuhan akan pewarnaan dalam pabrik-pabrik tekstil berkembang industri kimia dan farmasi. Terjadilah Revolusi Industri.
Sejak itu gelombang industrialisasi berupa pendirian pabrik-pabrik produksi barang secara massal, pemanfaatan tenaga buruh, dengan cepat melanda seluruh dunia, berbenturan dengan upaya tradisional di bidang pertanian (agrikultur). Sejak itu timbul berbagai penggolongan ragam industri.
Cabang-cabang industri
Berikut adalah berbagai industri yang ada di Indonesia:
Klasifikasi berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986
Referensi
Pada dasarnya tumbuh dan kembangnya setiap negara sejalan dengan kebutuhan akan pergerakan sektor industri. Maka industrialisasi dianggap sebagai jalan keluar untuk memacu laju pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Namun terkadang kebijaksanaan yang ditempuh seringkali dipaksakan, dalam arti hanya sekadar meniru pola kebijaksanaan pembangunan di negara-negara maju tanpa memperhatikan kondisi sosial, budaya yang ada. Sedikit sekali negara-negara berkembang yang menyadari, bahwa usaha untuk memajukan dan memperluas sektor industri haruslah sejajar dengan pembangunan dan pengembangan sektor-sektor lain seperti perkebunan, sebagai penyedia bahan baku maupun sebagai pasar bagi produk-produk industri. Setiap peningkatan daya beli pada setiap sektor merupakan rangsangan bagi pembangunan sektor industri pula.
Jadi, kelancaran program idustrialisasi sebetulnya tergantung pula pada perbaikan di sektor-sektor lain, dan seberapa jauh perbaikan-perbaikan yang dilakukan rnampu mengarahkan dan bertindak sebagai pendorong bagi kemunculan-kemunculan industri baru. Dengan cara demikian kebijaksanaan yang ditempuh akan menimbulkan mekanisme saling dukung antar sektor, sebagai suatu dialektika-multisektoral.
Dalam implementasinya ada empat argumentasi atau basis teori yang melandasi suatu kebijaksanaan industrialisasi. Teori-teori dimaksud adalah argumentasi keunggulan komparatif, argumentasi keterkaitan industrial, argumentasi penciptaan kesempatan kerja, dan argumentasi loncatan teknologi (technology jump). Pola pengembangan sektor industri di suatu negara sangat dipengaruhi oleh argumentasi yang mendasarinya. Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komparatif (Comparative Advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis industri yang memiliki keunggulan komparatif baginya. Negara yang bertolak dari argumentasi keterkaitan industrial (Industria Linkage) akan lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang industri yang paling luas kaitannya dengan perkembangan kegiatan-kegiatan atau sektor-sektor ekonomi lain.
Negara yang industrialisasinya dilandasi oleh argumentasi penciptaan kesempatan kerja (Employment creation) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-industri yang lebih banyak menyerap tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukannya bertumpu pada industri-industri yang relatif padat karya dan industri-industri kecil. Adapun negara yang menganut loncatan teknologi (technology jump) percaya bahwa industri-industri yang menggunakan teknologi tinggi (hi-tech) akan memberikan nilai tambah yang sangat besar, diiringi dengan kemajuan teknologi bagi industri-industri dan sektor-sektor lain.
Jika dalam implementasi kebijaksanaan terdapat empat argumentasi, maka dalam hal strategi industrialisasi dikenal dua macam pola yaitu substitusi impor (Import substitution) dan promosi ekspor (export promotion). Pola substitusi impor, juga dikenal dengan istilah strategi “Orientasi ke dalam” (inward looking strategy), yaitu suatu strategi industrialisasi yang mengutamakan pengembangan jenis-jenis industri untuk menggantikan kebutuhan akan impor produk-produk sejenis. Pada tahap-tahap awal, yang dikembangkan biasanya adalah industri-industri ringan yang menghasilkan barang-barang konsumtif. Untuk memungkinkannya tumbuh besar, industri-industri yang masih bayi (infant industry) ini biasanya sangat dilindungi oleh pemerintah dari persaingan tak setara dari produk-produk impor. Akan tetapi, proteksi itu, walaupun bisa menumbuhkan menjadi besar, seringkali membuat industri membuat tidak kunjung mandiri, melainkan justru ketergantungan.
Sedangkan strategi promosi ekspor kadang-kadang disebut sebagai strategi “Orientasi Ke luar” (outward looking strategy), ialah strategi industrialisasi yang mengutamakan peagembangan jenis-jenis industri yang menghasilkan produk-produk untuk diekspor. Strategi promosi ekspor biasanya ditempuh sebagai kelanjutan dari strategi substitusi impor. Hal ini bergantung antara lain pada potensi relatif pasar dalam negeri di negara yang bersangkutan.
Di Indonesia, sebagaimana halnya di banyak negara berkembang lain, sektor industri disiapkan untuk mampu menjadi motor yang menggerakan kemajuan sektor lain, dan diharapkan bisa menjadi sektor yang memimpin (leading sector). Itulah sebabnya industrialisasi senantiasa mewarnai perjalanan pembangunan ekonomi. Ditinjau berdasarkan pola pengembangannya, industrialisasi Indonesia bermula dari strategi substitusi impor, kini pola itu beralih ke strategi promosi ekspor.
Peranan sektor industri terhadap pembangunan telah banyak diteliti oleh para ahli ekonomi diantaranya adalah Kuznet yang meneliti hubungan antara struktur ekonomi daerah terhadap perkembangan ekonomi. Dari penelitiannya menyimpulkan bahwa sektor industri mengalami peningkatan peranan dalam perekonomian, yang berarti tingkat pertumbuhan sektor ini lebih cepat dari pertumbuhan produksi nasional. Perubahan ini juga terlihat dalam struktur tenaga kerja yang semakin besar dan akan semakin besar bila pertumbuhan ekonomi meningkat.
Penelitian Chenery menekankan pada analisis faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang di antara berbagai jenis di dalam subsektor industri pengolahan dengan pendapatan per kapita. Kenyataan menunjukkan bahwa sub-sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan pendapatan per kapita. Dalam skala regional perkembangan yang terjadi di sektor industri akan berdampak pada perkembangan sektor-sektor lain. Proses interaksi ini dinyatakan dalam saling hubungan (linkages) antara perindustrian, infrastruktur serta aktvitas antar sektor. Peranan sektor industri bagi pertumbuhan wilayah yaitu dari fakta industri tidak homogen dan beberapa industri mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari lainnya. Juga terdapat daerah-daerah yang mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dari daerah-daerah lainnya. Karena struktur industri yang berbeda dari daerah ke daerah memunculkan kecenderungan bahwa struktur industri dan pertumbuhan wilayah terdapat hubungan kausal.
Hubungan antara pengembangan industri dengan pertumbuhan wilayah telah diungkapkan juga oleh Francois Perroux dalam Growth Pole Theory. Teori Perroux mengenai Pole De Croisance atau pole of Growth (pusat pertumbuhan) merupakan teori yang menjadi dasar dalam strategi dan kebijaksanaan industri daerah yang dijalankan di berbagai daerah dewasa ini. Perroux berpendapat bahwa pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama. Kemunculannya hanya terjadi di beberapa tempat atau pusat pertumbuhan, dengan intensitas yang berbeda, berkembang melalui saluran yang berbeda, dengan akibat akhir yang ditimbulkannya berbeda pula terhadap keseluruhan perekonomian.
Hakekat teori Perroux mengenai pembangunan daerah dapatlah disingkatkan dalam beberapa hal berikut: Pertama, dalam proses pembangunan akan muncul L 'Industrie motrice atau industri pemimpin yang merupakan suatu industri yang menjadi penggerak utama dalam pembangunan daerah. Laba dari suatu industri merupakan fungsi dari tingkat produksi dalam industri lainnya. Dengan perkataan lain, efisiensi dan tingkat produksi dalam suatu industri bukan saja tergantung pada industri tersebut juga tergantung pada industri-industri lain yang erat hubungannya dengan industri tersebut. Hubungan yang erat di antara berbagai industri menyebabkan kalau sesuatu industri atau beberapa industri pemimpin berkembang maka pertambahan produksi tidak terbatas pada jumlah kenaikan produksi dalam industri pemimpin tetapi juga pada kenaikan jumlah produksi industri lain yang erat hubungannya dengan industri pemimpin tersebut.
Kedua, apabila industri terkumpul dalam suatu daerah/kawasan tertentu, keadaan ini akan memperlancar proses pertumbuhan ekonomi, karena pengelompokkan industri tadi akan menciptakan konsumen-konsumen yang mempunyai pola konsumsi yang berbeda dengan penduduk daerah pedesaan; permintaan untuk perumahan, pengangkutan, dan jasa-jasa pemerintah akan muncul; berbagai jenis produsen dan pekerja-pekerja mahir akan berkembang; dan rangka dasar industri akan terbentuk. Proses pertumbuhan industri yang terpusat dalam satu kawasan ini selanjutnya akan menimbulkan ketidakseimbangan di berbagai daerah lain karena perkembangan di pusat-pusat industri akan mempengaruhi perkembangan di daerah lain.
Ketiga, karena secara geografis pembangunan ekonomi tidak seimbang maka sesuatu perekonomian pada hakekatnya merupakan gabungan dan sistem yang secara relatif aktif keadaannya (terdiri dan industri-industri atau daerah-daerah yang tergantung kepada kegiatan di pusat pertumbuhan) kumpulan industri yang pertama akan mempengaruhi pembangunan industri yang kedua. Jadi, pada hakekatnya Perroux menunjukkan bahwa ditinjau dari sudut lokasi kegiatan ekonomi dan pembangunan ekonomi daerah, pembangunan ekonomi tidak merata terjadinya di berbagai daerah dan mempunyai kecenderungan untuk mengelompok pada pusat-pasat pertumbuhan.
Keuntungan yang didapat dengan adanya suatu industri di suatu kota atau daerah antara lain adalah besamya sumbangan sektor industri terhadap produk domestik regional bruto daerah yang bersangkutan, sehingga seringkali keberadaan suatu industri diidentikan dengan kemajuan suatu daerah atau kota. Friedman mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan industri yang cepat. Dengan demikian di suatu daerah yang memiliki banyak kegiatan industri akan tumbuh lebih cepat dibandinng dengan daerah yang memiliki sedikit kegiatan industri.
Arsyad, Lincoln, (1999), Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.
Dumairy, (1997), Perekonomian Indonesia, Cetakan ketiga, Jakarat: Penerbit Erlangga.
Mudrajad Kuncoro, (1997). Ekonomi Pembangunan. Teori, masalah, dan kebijakan Yogyakarta: AMP YKPN
Sadono Sukirno, (1999). Makroekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada.